Cinta dari Wamena (2013)
7 Juni 2013. Press screening film di XXI Epicentrum studio 2. Gw dari pagi emang gak ke mana2, tadinya sih nunggu orang bank, tp ternyata gak jadi dateng ke apartment. Trus urusan sama org manajemen kayanya enakan senin nanti :) *cerita yg gak penting* Anyway, jam 13:40 gw berangkat dari apartment deh. Jam 14:00 gw udah berdiri di depan tempat ambil tiketnya. Di tiket ditulisnya jam 14:30, tp kata mbak-nya sih, nanti main filmnya jam 14:50. So, gw ke bank dulu deh. Nyetor duit buat bayar2 tagihan :) en, 14:50 tepat gw masuk ke studio 2.
Cinta dari Wamena. Film diawali dengan seorang musisi bernama Daniel (Nicholas Saputra) yang menemukan pemuda Papua bertalenta di suatu bar. Daniel juga diceritakan sedang jatuh cinta kepada Maya (Susan Bachtiar) seorang janda yg memiliki 1 putra, Steven. Hubungan mereka sepertinya kurang harmonis. Tapi bukan itu inti dari film ini. Hubungan Daniel dan Maya hanya pemanis di sini. Sebetulnya film ini menceritakan 3 orang sahabat yg tinggal di kampung kecil di Papua. Litius (Maximus Itlay), Tembi (Benyamin Lagowan) dan Martha (Madonna Marrey) masing2 punya impian utk melanjutkan sekolah setelah lulus dari SMP. Kampung mereka memang tidak memiliki pendidikan utk SMA, jadi mereka harus keluar utk meneruskan niat mereka. Kedatangan Anthony ke kampung mereka, membuat 3 sahabat itu punya tekad kuat utk pergi ke Wamena, tempat mereka bisa bersekolah gratis.
Sesampai di Wamena, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semudah itu mendapatkan apa yg mereka inginkan. Mereka harus bekerja, bersekolah dan berhubungan dengan orang lain. Martha tinggal dan bekerja di tempat Mama Sella (Sylvia Saartje). Litius dan Tembi bekerja jadi tukang becak. Tapi mereka tetap bersekolah. Guru wali kelas mereka, Pak Joko (Doddy Katamsi), sangat mendukung pendidikan mereka. Nasib mereka pun berubah. Martha masi dengan tekadnya utk menjadi seorang pramugari. Tembi yang berniat jadi tentara, salah bergaul dan terkena virus HIV. Litius bertemu dengan Endah (Amyra Jessica), yg tinggal di rumah tantenya (Erly), dan merasakan jatuh cinta.
Film tidak berhenti sampai di situ. Keindahan alam Wamena, membuat gw tertegun. Pesonanya sungguh kuat. Tapi moral dari film ini sebetulnya mendidik kita untuk menghindari virus HIV. Menurut sutradara film ini, Lasja Fauzia Susatyo, di Papua angka penderita HIV sangat banyak. Karena tidak adanya pendidikan yg benar, film ini bisa menjadi salah satu cara utk mengajarkan para penduduk di Indonesia, bahaya dari virus HIV. Tapi bukan penderita HIV yg harus dihindari, melainkan virusnya. Dengan membuat film ini, Lasja berharap semakin banyak orang yg mengerti bahaya HIV, karena jika masih dalam ketidaktahuan, bukan tidak mungkin dalam waktu 20 tahun, Papua akan punah.
Terus terang, di mata gw, Maximus, Benyamin dan Madona lah yg membuat film ini bisa hidup. Mereka bukan artis. Tapi mereka bisa memberikan gambaran dengan tepat kepada kita, seperti itulah orang2 asli Papua dengan kecintaan mereka terhadap alam tempat mereka tinggal. Bahkan Susan Bachtiar dalam press screening hari ini berkata dengan jujur, "Sangat menyesal tidak ikut shooting di Papua. Indah sekali." Gw salut banget sama semua pemainnya. Pak Guru Joko pun mencuri perhatian gw saat mengajar peribahasa di kelas. Gw ngakak paling kenceng kayanya hahahahahaha.. Semua bermain sesuai porsi masing2. Gak ada kata bosan dalam menonton film ini. Bagus. Banget. Gw pun mau kalo ada yg ngajak nonton lagi. Diawali dengan banyak tawa, lalu tertegun dengan keindahan alam Wamena, dan diakhiri dengan air mata haru. Keren!
Lagu2nya enak didengar. Pemandangannya indah. Pemain2nya bagus. Moral of the story-nya mendidik banget. Udah, gak usah banyak mikir. 13 Juni 2013 serentak di bioskop2.
kalo jodoh, pasti temenan
twitter: @cintawamena
Comments
Post a Comment